Tunjukanlah Bukti Patuh Setiamu Pada Allah Pada Rasulullah dan Ulil Amrimu Tepatnya Ulil Amri Islam, Itulah Jihad Fisabilillah

Jumat, 18 Februari 2022




Salam Program Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Serang, berikut ini merupakan Rangkuman dari pembelajaran di Modul 2.1



Rabu, 16 Februari 2022

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL “RPP BERDIFERENSIASI
SILAHKAN KLIK DISINI : https://www.flipbookpdf.net/web/site/1ffed22e9a90df96f2a79f6371558d0f2a7e2116202202.pdf.html#page/1

Minggu, 29 Agustus 2010

PENGERTIAN RHOMADHON DAN SAHUM

Ramadhan berasal dari akar kata ر م ﺿ , yang berarti panas yang menyengat atau kekeringan, khususnya pada tanah. Bangsa Babylonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara Jazirah Arab menggunakan luni-solar calendar (penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari sekaligus). Bulan ke sembilan selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat. Sejak pagi hingga petang batu-batu gunung dan pasir gurun terpanggang oleh segatan matahari musim panas yang waktu siangnya lebih panjang daripada waktu malamnya. Di malam hari panas di bebatuan dan pasir sedikir reda, tapi sebelum dingin betul sudah berjumpa dengan pagi hari. Demikian terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pekan terjadi akumulasi panas yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan Ramadhan, bulan dengan panas yang menghanguskan.

Setelah umat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan, yang rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari, bulan Ramadhan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Orang lebih memahami ‘panas’nya Ramadhan secara metaphoric (kiasan). Karena di hari-hari Ramadhan orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan. Atau, diharapkan dengan ibadah-ibadah Ramadhan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan seusai Ramadhan orang yang berpuasa tak lagi berdosa. Wallahu `alam.

Dari akar kata tersebut kata Ramadhan digunakan untuk mengindikasikan adanya sensasi panas saat seseorang kehausan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata Ramadhan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan baik sebagaimana matahari membakar tanah. Namun kata ramadan tidak dapat disamakan artinya dengan ramadhan. Ramadan dalam bahasa arab artinya orang yang sakit mata mau buta. Lebih lanjut lagi hal itu dikiaskan dengan dimanfaatkannya momen Ramadhan oleh para penganut Islam yang serius untuk mencairkan, menata ulang dan memperbaharui kekuatan fisik, spiritual dan tingkah lakunya, sebagaimana panas merepresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi.



DEVINISI SAHUM


1. Ta’rif (Definisi) Ash-Shaum

Secara Etimologi / Lughawi
Secara lughowi (bahasa) Ash-Shaum (الصَّوْمُ) bermakna (الإِمْسَاكُ) yang artinya menahan. Atas dasar itu berkata Al-Imam Abu ‘Ubaid dalam kitabnya Gharibul Hadits :
كُلُّ مُمْسِكٍ عَنْ كَلاَمٍ أَوْ طَعَامٍ أَوْ سَيْرٍ فَهُوَ صَائِمٌ
“Semua orang yang menahan diri dari berbicara atau makan, atau berjalan maka dia dinamakan Sha`im (orang yang sedang bershaum).” [1])

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ala :
) إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا ( مريم: ٢٦
“Sesungguhnya aku telah bernadzar shaum untuk Ar-Rahman, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini” [Maryam : 26]

Shahabat Anas bin Malik dan Ibnu ‘Abbas radiyallahu ‘anhuma berkata : صَوْمًا maknanya adalah صَمْتًا yaitu menahan diri dari berbicara. [2])

Secara Terminologi / Ishthilah

‘Ibarah (ungkapan) para ‘ulama berbeda dalam mendefinisikan ash-shaum secara tinjauan syar’i, yang masing-masing definisi tersebut saling melengkapi. Sehingga kami pun sampai pada kesimpulan bahwa definisi ash-shaum secara syar`i adalah :
إِمْسَاكُ الْمُكَلَّفِ عَنِ اْلمُفَطِّرَاتِ بِنِيَّةِ التَّعَبُّدِ للهِ مِنْ طُلُوعِ اْلفَجْرِ إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ

Usaha seorang mukallaf untuk menahan diri dari berbagai pembatal ash-shaum disertai dengan niat beribadah kepada Allah, dimulai sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.

Penjelasan definisi
1. Pernyataan “al-mukallaf” menunjukkan bahwa ash-shaum secara syar’i adalah yang dilakukan oleh para mukallaf yaitu orang-orang yang telah terkenai kewajiban ibadah, dari setiap muslim yang sudah baligh dan sehat akalnya. [3]
2. Pernyataan “dengan disertai niat beribadah kepada Allah” menunjukkan bahwa ash-shaum harus disertai dengan niat shaum sebagai sebuah bentuk ibadah kepada Allah Ta’ala.
3. Pernyataan “dimulai sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari”

)وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ(البقرة: ١٨٧
Dan makan minumlah kalian hingga jelas bagi kalian benang putih dari benang hitam, yaitu (cahaya) fajar. Kemudian sempurnakanlah shaum itu sampai (datangnya) malam. [Al-Baqarah : 187]

Footnote :
[1] Gharibul Hadits (I/325-326, 327). Lihat Subulus Salam karya Ash-Shan’ani, awal Kitabush Shiyam.
[2] Lihat Tafsir Ibni Katsir tafsif surat Maryam ayat 26.

[3] Lihat hukum shaum bagi anak-anak yang belum baligh pada halaman
2. Sejarah Turunnya Perintah Shaum Ramadhan

Awal turunnya kewajiban shaum Ramadhan adalah pada bulan Sya’ban tahun kedua Hijriyah, atas dasar ini para ulama berijma’ bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menunaikan ibadah shaum Ramadhan selama hidupnya sebanyak sembilan kali. ([1])

Ibnul Qayyim mengatakan dalam Zadul Ma’ad, bahwa difardhukannya shaum Ramadhan melalui tiga tahapan :
1. Kewajibannya yang bersifat takhyir (pilihan).

2. Kewajiban secara Qath’i (mutlak), akan tetapi jika seorang yang shaum kemudian tertidur sebelum berbuka maka diharamkan baginya makan dan minum sampai hari berikutnya.

3. Tahapan terakhir, yaitu yang berlangsung sekarang dan berlaku sampai hari kiamat sebagai nasikh (penghapus) hukum sebelumnya.([2])

Tahapan awal berdasarkan firman Allah Ta’ala :

(وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ( البقرة: ١٨٤
Artinya : ”Dan wajib bagi orang yang berat untuk menjalankan ash-shaum maka membayar fidyah yaitu dengan cara memberi makan seorang miskin untuk setiap harinya. Barang siapa yang dengan kerelaan memberi makan lebih dari itu maka itulah yang lebih baik baginya dan jika kalian melakukan shaum maka hal itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahuinya.” [Surat Al-Baqarah 184]

Berkata Al-Hafizh Ibnu Katsir :
“Adapun orang yang sehat dan mukim (tidak musafir-pen) serta mampu menjalankan ash-shaum diberikan pilihan antara menunaikan ash-shaum atau membayar fidyah. Jika mau maka dia bershaum dan bila tidak maka dia membayar fidyah yaitu dengan memberi makan setiap hari kepada satu orang miskin. Kalau dia memberi lebih dari satu orang maka ini adalah lebih baik baginya.”([3])

Ibnu ‘Umar radiyallahu ‘anhuma ketika membaca ayat ini فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ mengatakan : “bahwa ayat ini mansukh (dihapus hukumnya-pen)”.([4])

Dan atsar dari Salamah ibnu Al-Akwa’ tatkala turunnya ayat ini berkata :
“Barangsiapa hendak bershaum maka silakan bershaum dan jika tidak maka silakan berbuka dengan membayar fidyah. Kemudian turunlah ayat yang berikutnya yang memansukhkan (menghapuskan) hukum tersebut di atas.” ([5])

Secara dhahir, ayat ini وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ mansukh (dihapus) hukumnya dengan ayat فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ sebagaimana pendapat jumhur ulama ([6]).

Tetapi dalam sebuah atsar Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata :
“Ayat ini bukanlah mansukh melainkan rukhshoh (keringanan) bagi orang tua (laki-laki maupun perempuan) yang lemah supaya memberi makan seorang miskin untuk setiap harinya.” ([7])

Berkata Al-Hafizh Ibnu Katsir :
“Kesimpulan bahwa mansukhnya ayat ini وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ adalah benar yaitu khusus bagi orang yang sehat lagi mukim dengan diwajibkannya ash-shaum atasnya. Berdasarkan firman Allah فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْه Adapun orang tua yang lemah dan tidak mampu bershaum maka wajib baginya untuk berifthor (berbuka) dan tidak ada qadha` baginya”.([8])

Dan inilah tahapan kedua. Tetapi jika seseorang bershaum kemudian tertidur di malam harinya sebelum berbuka maka diharamkan baginya makan, minum dan jima’ sampai hari berikutnya.

Tahapan ini kemudian mansukh (dihapuskan) hukumnya berlandaskan hadits Al Barra’ radiyallahu ‘anhu:
كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ rإِذَا كَانَ الرَّجُلُ صَائِمًا فَحَضَرَ اْلإِفْطَارُ فَنَامَ قَبْلَ أَنْ يُفْطِرَ لَمْ يَأْكُلْ لَيْلَتَهُ وَلاَ يَوْمَهُ حَتَّى يُمْسِيَ وَإِنَّ قَيْسَ بْنَ صِرْمَةَ الأَنْصَارِي كَانَ صَائِمًا فَلَمَّا حَضَرَ اْلإِفْطَارُ أَتَى اِمْرَأَتَه فَقَالَ لَهَا : أَعِنْدَكِ طَعَامٌ ؟ قَالَتْ : لاَ لكِنْ أَنْطَلِقُ فَأَطْلُبُ لَكَ – وَكَانَ يَوْمَهُ يَعْمَلُ فَغَلَبَتْهُ عَيْنَاهُ- فَجَاءَتْ اِمْرَأَتُهُ فَلَمَّا رَأَتْهُ قَالَتْ : خَيْبَةً لَكَ ! فَلَمَّا اِنْتَصَفَ النَّهَارُ غُشِيَ عَلَيْهِ فَذُكِرَ ذَلِكَ لِلنَّبِي rفَنَزَلَتْ هَذِهِ اْلأَيَةُ : )أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ( فَفَرِحُوا بِهَا فَرْحًا شَدِيْدًا فَنَزَلَتْ )وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ( [رواه البخاري وأبو داود]

Artinya :
“Dahulu Shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam jika salah seorang di antara mereka shaum kemudian tertidur sebelum dia berifthar (berbuka) maka dia tidak boleh makan dan minum di malam itu dan juga siang harinya sampai datang waktu berbuka lagi. Dan (salah seorang shahabat yaitu), Qois bin Shirmah Al Anshory dalam keadaan shaum, tatkala tiba waktu berbuka, datang kepada istrinya dan berkata : apakah kamu punya makanan ? Istrinya menjawab : “Tidak, tapi akan kucarikan untukmu (makanan).” – dan Qois pada siang harinya bekerja berat sehingga tertidur (karena kepayahan)- Ketika istrinya datang dan melihatnya (tertidur) ia berkata : ” Rugilah Engkau (yakni tidak bisa makan dan minum dikarenakan tidur sebelum berbuka- pen) !” Maka ia pingsan di tengah harinya. Dan ketika dikabarkan tentang kejadian tersebut kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, maka turunlah ayat :
)أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ(
“Telah dihalalkan bagi kalian pada malam hari bulan shaum (Ramadhan) untuk berjima’ (menggauli) istri-istri kalian.”
dan para shahabat pun berbahagia sampai turunnya ayat yang berikutnya yaitu :
)وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ(
“Dan makan serta minumlah sampai jelas bagi kalian benang putih dari benang hitam, yaitu Fajar.”
[HR. Al-Bukhari dan Abu Dawud] ([9])

Footnote :
[1] Lihat Kitab Taudhiihul Ahkam, Kitabush shiyam Jilid 3 hal 123 (secara makna).
[2] Lihat Zadul Ma’ad Kitabus Shiyam jilid 2 hal.20
[3] Tafsir Ibnu Katsir jilid 1, hal. 180 (Surat Al-Baqarah ayat 184)
[4] Al-Bukhari Kitabut Tafsiir hadits no.4506.
[5] Al-Bukhari Kitabut Tafsir hadits no.4507; Muslim Kitabush Shiyam hadist no. 149 – [ 1145 ] dan Abu Dawud Kitabush Shiyam, bab 2, hadist no.2312
[6] Lihat Syarh Shahih Muslim An-Nawawi : Kitabush Shiyam hadits no. 149 – [ 1145 ]
[7] Al-Bukhari Kitabut Tafsir hadits no. 4505
[8] Lihat Tafsir Ibnu Katsir (II/281) dalam menafsirkan QS Al-Baqarah : 183 -185.
Peny : Sehingga dengan ini, ayat (…وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيْقُونَهُ فِدْيَةٌ) masih tetap berlaku hukumnya orang yang lanjut usia dan tidak mampu untuk bershaum, dengan cara membayar fidyah. Namun bagi orang yang muda belia yang muqim (tidak musafir) tetap wajib atasnya ash-shaum.
[9] Al-Bukhari Kitabush Shaum hadits no. 1915 dan Abu Dawud Kitabush Shiyaam, bab 1, hadits no. 2311.

Rabu, 09 Juni 2010

QIYADAH ISLAMIYAH

Seungguhnya Pemimpin kalian hanyalah Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang Beriman: yaitu orang-orang yang menegakkan shalat dan menunaikan zakat serta mereka tunduk (kepada Allah) --> Qs Al Maidah:55

Setiap komonitas manusia sekecil dan sesederhana apapun, tidak akan lepas dengan keorganisasian dan kepemimpinan, kapanpun dan dimanapun berada. Bahkan komonitas suku di pedalaman sekalipun pasti ada kepala sukunya. Karena memang harus ada yang mengkoordinir setiap kegiatan kemanusiaan dan kemasyarakatan. maka menjadi sebuah Sunnatullah bahwa seecara sosial, setiap aktifitas dan komonitas manusia membutuhkan keorganisasian dan kepemimpinan. Itulah fitrah-Nya. Islam mengajak umatnya untuk senantiasa berjalan diatas fitrah-Nya.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada dien (Allah). Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah)Dien yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Qs. Ar-Rum: 30)

Bayangkan apabila sebuah Perusahaan tanpa kepemimpinan, pasti kekacauan yang terjadi. Tiap bagian bekerja sekehendaknya sendiri-sendiri. Tidk ada kerjasasama. tiap karyawan bekerja semaunya sendiri, tidak ada yang mrngelola dan mengatur pekerjaan mereka. Maka bagaimn mungkin Perusahaan dapat berproduksi. bagaimana pula bisa bersaing dengan Perusahaan lain.

Bayangkanlah andaikata Negeri ini tanpa kepemimpinan, tidak ada Presiden, Gubernur, Bupati, Camat, Kades bahkan tidak ada Ketua RT sekalipun. Maka siapa yang akan menata kehidupan bermasyarakat? Pasti kekacauan yang terjadi. Karena pasti tidak akan berlangsung sistem perundangan dan hukum dalam masyarkat. Masyarakat berlaku dan berbuat semaunya. Saling sikut, saling hantam, saling jegal, saling terjang, bahkan saling bunuh untuk memenuhi hajat hidupnya masing-masing.

Seharusnya kita memahami Islam adalah sebagai suatu organisasi ideal, bukan sekedar ruang spiritual yang mengajak umatnya berbuat kebaikan. Islam sebagai sebuah organisasi adalah sebuah sistem yang mengatur umatnya dengan segala perangkat yang menunjang berlangsungnya penataan kehiduan. Maka dalam tubuh Islam layaknya memiliki bermacam kelembagaan penunjang, dari lembaga pendidikan, lembaga keuangan, lembaga sosial, lembaga peradilan, lembaga kontrol, bahkan musti ada lembaga pertahanan dan keamanannya.
Untuk menata segala erangkat tersebut, tidak akan mungkin berjalan sendiri-sendiri. Maka dibutuhkan keemiminan yang menata dan mengatur berjalannya setia kegiatan kelembagaan, kemasyarakatan dan pengabdian manusia keada Robbnya. Dimana pertanggungjawabannya adalah langsung kepada Allah.

Kepemimpinan didalam Islam adalah mutlak, demi mewujudkan keberlangsungan kehidupan sosial masyarakat dan pengabdian kepada sang khaliq. Tanpa kepemiminan, yang terjadi adalah terpecah-belahnya umat dan terombang-ambingnya mereka dalam kesesatan. Satu sama lain saling menjelekkan, karena tidak ada yang melegalisasi peraturan dan perundangan demi kemaslahatan umat.

Kepemimpinan dalam islam adalah amanah dari Allah. Bukan seperti anggapan kebanyakan manusia yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah amanah rakyat (manusia). Maka dalam melaksanakan tugas kepemimpinan harus sesuai dengan kehendak Si Pemberi amanah (Allah), meskipun tidak sejalan dengan yang diinginkan oleh kebanyakan manusia.

Ada perbedaan yang sangat mendasar antara konsep pemikiran Demokrasi dengan konsepsi Islam. Dalam demokrasi, kedaulatan tertinggi ada ditangan rakyat (manusia). Sehingga ketika kebanyakan manusia menginginkan sesuatu, meskipun itu bertentangan dengan kehendak Allah, itu menjadi legal. Prostitusi, aborsi, pergaulan bebas, minuman keras, narkoba, ghibah dan berbagai macam kemaksiatan menjadi legal ketika sebagian besar manusia membolehkannya. Sementara dalam Islam mengajarkan, kedaulatan tertinggi ditangan Allah, yang dilaksanakan sepenuhnya oleh pemimpim umat Islam (Pemerintahan Islam). Kepemimpinan Islam inilah yang akan menata kehidupan umat manusia dengan peraturan dan perundangan yang telah diwahyukan oleh Allah. Namun demikian, mekanisme pemiihan dan pengangkatan kepemimpinan Islam tersebut tetap diserahkan kepada manusia dengan tidak keluar dari koridor kebenaran.

Karena kepemimpinan merupakan ssalah satu perangkat vital dalam penataan kehidupan sosial dan peribadahan, maka dalam memilih seorang pemimpin Allah telah memberikan batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar, supaya tidak terjadi penympangan dalam pelaksanaan amanah kepemimpinan tersebut.
Batasan tersebut antara lain :

1.
Jangan memilih pemimpin dari umat Yahudi dan Nasrani (Qs 5:51)
2.
Jangan memilih pemimpin dari kalangan Utul Kitab (orang yang telah datang kitabullah kepadanya tapi enggan menegakkannya sebagai konsepsi hidupnya, Qs 5:57)
3.
Jangan memilih pemimpn dari kalangan orang-orang Kafir (orang yang terang-terangan menolak untuk hidup tertata dengan aturan Allah, Qs 5:57)
4.
Jangan menjadikan musuh Allah dan musuh orang-orang bermansebagai Pemimpin (Qs 60:1)
5.
Pilihlah pemimpin hanya dari golongan orang-orang yang beriman yang senantiasa beripaya dengan harta dan jiwanya menegakkan kalimatillah dimuka bumi (Qs 5:55-56, 49:15)

Apabila kita melanggar batasan-batasan diatas, termasuklah kita kedalam golongan orang yang dipilh sebagai pemimpin tadi.

Bagaimanapun juga, tegakkanya kepemimpinan adalah suatu fitrah manusia. Islampun mewajibkan umatnya untuk senantiasa berada dalam sebuah kepemimpinan islam. Seperti yang diamanahkan oleh Rasulullah kepada umatnya melalui Hudzaifah ibnul Yaman.

........... "Hendaklah engkau senantiasa berada senantiasa berada dalam jama'ah kaum Muslimin dan Imam mereka". Aku bertanya, "Bagaimana jika tidak ada jamaah dan imam bagi kaum Muslimin?" Rasulullah menjawab, "Maka hendaklah engkau tinggalkan semua golongan (firqoh) yang ada, meskipun engkau terpaksa memakan akar kayu, sehingga maut merenggut jiwamusedangkan engkau tetap berada dalam keadaan demikian". (HR. Bukhari dan Muslim).

Jadi tidak ada kata nanti atau tunggu untuk saat ini juga mari kita tegakkan dan munculkan sebuah kepemimpinan Islam. Jika dalam pandangan kita muskil karena keterbatasan keilmuan kita, mari kita cari saat ini juga sebuah kepemimpinan islam yang hak lantas kita beriman kepadanya untuk mengamankan diri supaya hidup kita tertata dengan aturan Allah.

Adakah itu???? Yakinlah bahwa pasti ada!! Bumi Allah yang sangat luas ini pasti tidak akan Allah sia-siakan begitu saja.

PERANG TERAKHIR RASULULLAH

Duhai seandainya saya melakukannya (berjihad)...Ucapan ini dilontarkan dengan penuh penyesalan oleh sahabat senior, Ka'b bin Malik r.a. ketika beliau tertinggal (tidak ikut) berjihad dalam Perang Tabuk. Perang Tabuk merupakan perang terakhir yang diikuti oleh Rasulullah SAW., dan tidak ikut dalam perang tersebut merupakan dosa besar yang memalukan. Perkataan Ka'b ini (mungkin) juga diucapkan orang-orang yang hingga kini belum pergi berjihad padahal dia tahu hukumnya wajib. Lalu, masihkah ada waktu sebelum terlambat, sehingga kita tidak hanya mengatakan 'Duhai seandainya saya melakukannya (berjihad)? Syarah Hadits Ka'b Bin Malik. r.a. Mengapa hingga saat ini masih ada orang yang duduk-duduk saja tidak berangkat berjihad padahal hukumnya telah fardhu 'ain? Apa yang melatarbelakangi keengganan seseorang untuk berangkat berjihad membela agama Allah SWT ? Syekh Usamah bin Ladin, dalam sebuah video yang dikeluarkan oleh As Sahab Media (diterjemahkan oleh Forum Jihad Al Tawbah), berjudul: "Muhadhoroh Hadits Ka'b bin Malik Pada Perang Tabuk", Peringatan Bagi Mereka Yang Duduk Tidak Berjihad (Qo'idun), menjelaskan bahwa beliau telah mempelajari siroh Rasulullah SAW, dan dalam hal ini maka kisah Ka'b bin Malik dalam peristiwa Perang Tabuk sebagaimana telah diriwayatkan haditsnya oleh Shahihain (Bukhari dan Muslim) serta yang lainnya sangat cocok untuk menjadi renungan umat di saat ini. Dalam hadits yang panjang dan agung ini, sahabat Ka'b bin Malik, mengaku dan berterus terang tentang tabiat jiwa manusia dan lemahnya jiwa manusia. Untuk itu, mari kita mentadaburi kejujuran dan keterusterangan sahabat yang mulia ini sehingga kita bisa tahu bagaimana tabiat orang-orang yang duduk tidak berangkat berjihad. Syekh Usamah melanjutkan dan berpesan agar kita berusaha mengobati jiwa kita, dan menasehati jiwa kita, saudara-saudara dan ulama kita dan kita berharap kepada Allah SWT agar sudi kiranya mengembalikan kita dengan pengembalian yang baik. Video muhadhoroh Hadits Ka'b bin Malik dibuka dengan tayangan ayat Al Qur'an Surat At Taubah (9) ayat: 117 s/d 121 dengan latar belakang pegunungan Afghanistan. Kemudian langsung terlihat Syekh Usamah dengan tampilan khas beliau, bersurban, dengan latar belakang dinding bilik yang sangat sederhana. Dengan suara lembut, penuh perasaan beliau memulai muhadhoroh tentang syarah hadits Ka'b bin Malik berkenaan atau dalam peristiwa Perang Tabuk Beliau membuka muhadhoroh dengan mengingatkan bahwa yang dibahas adalah tentang umat ini, terutama kondisinya yang parah karena berada di bawah kekuasaan orang-oang kafir yang menerapkan hukum-hukum selain hukum Allah SWT. Palestina telah 8 dekade dikuasai oleh nasrani dan kemudian yahudi. Dan telah berlalu 10 tahun pendudukan salibis yang dipimpin Amerika. Mereka menduduki Masjidil Harom, negeri dua tanah suci (biladul haromain) Dalam kondisi seperti ini ironisnya masih saja ada yang bingung dan belum tergerak hatinya untuk membela La ilaha ilallah. Bahkan ada yang berpendapat boleh saja mereka berdiam diri dan berpangku tangan dalam kondisi seperti ini. Untuk itu, dalam kondisi yang demikian, umat perlu mencari kembali jalan yang terang dan jelas untuk bersikap, dan jalan itu tiada lain hanyalah dengan melihat bagaimana kehidupan para sahabat r.a.yang dengan itu kebenaran menjadi jelas daripada kebatilan. Ka'b Bin Malik 'Tertinggal' Dalam Perang Tabuk ? Ka'b bin Malik r.a bercerita tentang Perang Tabuk yang tidak diikutinya. Padahal ia adalah termasuk dari sahabat anshor yang pertama-tama masuk Islam. Ia termasuk yang hadir, menyaksikan dan berbai'at pada hari dilaksanakannya Bai'atul Aqabah. Bai'at agung yang menjadi pilar tegaknya daulah islam di Madinah. Ia (Ka'b) menceritakan : Saya tidak pernah absen dari setiap perang yang dipimpin Rasulullah SAW sama sekali, kecuali Perang Badar. Ia termasuk yang menikmati perang dan mempersembahkan lehernya untuk membela La ilaha ilallah. Namun, manusia tetaplah manusia yang kadangkala digelincirkan syaitan, sekali waktu lemah dan tertipu oleh dirinya sendiri. Inilah yang diceritakan sahabat yang mulia ini. Ia melanjutkan : Rasulullah SAW mengajak untuk berangkat perang pada saat hari panas menyengat. Di saat orang-orang sedang 'qoilulah' (santai-santai) di bawah pohon-pohon korma mereka. Sementara itu, buah korma yang ada di pohon sudah mulai tampak matang. Ia melanjutkan : waktu itu saya senang dengannya Dalam artian ia menyenangi bernaung dan senang buah-buah korma tersebut. Inilah tabiat jiwa manusia, kita bisa membacanya pada orang-orang besar semacam mereka radillahu'anhum. Syekh Muhammad Al Ghazali dalam bukunya Fiqhus Sirah menjelaskan mengenai terjadinya Perang Tabuk, dalam buku beliau yang berjudul "At Ta'ashshub wat Tasamuh Bainal Masihiyah wal Islam" sebagai berikut : "...Dan gereja tidak tahan hidup jika di sampingnya terdapat pikiran lain yang tidak sesuai dengan cabang-cabang ajarannya yang sekecil-kecilnya..." Romawi berpendirian harus dapat membendung Islam dan menghancurkan Islam di daerah utara Semenanjung Arabia dengan pukulan yang mematikan. Berita-berita mengenai persiapan Romawi yang hendak menyerang daerah Islam itu didengar oleh Rasulullah SAW di Madinah. Agama Nasrani, sejak menguasai Romawi, selalu mendukung niat agresif yang ada pada para pendetanya. Tidak ada pilihan lain bagi Rasulullah SAW kecuali harus mengerahkan kekuatan kaum Muslimin untuk menangkal agresi yang mengancam keselamatan Islam. Ini perkara penting, perkara pembelaan terhadap La ilaha ilallah. Kita lihat, Islam sejak dulu (di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW) selalu peka akan agresi yang hendak dilakukan kaum kafir kepada mereka. Baru terdengar kabar Romawi akan menyerang, umat Islam sudah bersiap diri untuk menghadang. Bagaimana perbedaannya kondisi tersebut dengan saat ini, dimana kaum kafir sudah menyerang di mana-mana, namun umat masih absen dari berjihad. Kita kembali kepada kisah Ka'b yang pada waktu itu pun absen dari Perang Tabuk. Jika mereka saja (Ka'b) ada yang absen dari jihad, maka tidak heran apabila ada orang pilihan pada hari ini yang juga absent. Saya lebih senang dan cenderung kepada pohon-pohon korma tempat berteduh. Ia berkata : Sementara orang-orang mulai bersiap-siap dan saya pun mulai bersiap-siap. Waktu berlalu, hari pertama berlalu, dan saya belum menyiapkan apa-apa. Saya berkata, saya akan mempersiapkan itu semua besok, namun lagi-lagi belum ada satupun yang saya siapkan. Saya berkata pada diri sendiri (Syekh Usamah mengomentari : perhatikanlah peryataan nafsunya disini) : Saya berkata pada diriku sendiri, saya kuasa untuk berangkat bersama mereka. (Syekh Usamah melanjutkan komentarnya, si jiwa menipu pemiliknya, padahal ia biasa berjihad) Ia melanjutkan : Ini masalah sederhana, saya bisa berangkat. Saya berkata pada diriku sendiri saya bisa berangkat dan mampu melakukannya. Saya masih dalam keadaan semula sampai waktu perang semakin dekat. Rombongan menakutkan itupun berangkat, suatu rombongan agung. Komandannya Muhammad SAW, diiringi Abu Bakar, Umar, dan para sahabat yang mulia. Para ahli siroh memperkirakan mereka 30 ribu sahabat radiallahu'anhum. Tipu Daya Jiwa & Beratnya Perang Tabuk Di sini seorang Muslim harus mengetahui tipu daya jiwa. Berapa banyak orang yang duduk, berapa banyak orang yang berpangku tangan dari membela La ilaha ilallah tertipu oleh jiwanya. Seandainya ia (yang tertipu jiwanya) mau pergi berjihad, maka pasti ia akan berangkat. Seandainya bapaknya, pemimpinnya, atau yang menunjuknya menginginkan dia berangkat, maka pasti ia akan berangkat. Namun untuk maslahat Islam ia malah tidak berangkat. Ini adalah sebuah ketertipuan yang nyata dan jelas. La hawla wa laa quwwata illa billah. Sahabat ini tertipu oleh jiwanya padahal ia telah berpengalaman dalam peperangan dan pertempuran. Kaum anshor adalah "Abnaaul Huruub" (terbiasa dengan perang dan bertempur). Mereka mewarisi kebiasaan itu dari orang tua-orang tua mereka. Namun, ia bisa tertipu oleh jiwanya (nafsu). Lalu bagaimana dengan orang yang belum pernah berangkat perang sama sekali ? La hawla wa laa quwwata illa billah. Akan sangat mudah bagi jiwa untuk menipu pemiliknya. Mereka hidup dalam kehidupan yang sulit, tidak ada listrik, tidak ada AC dan tidak ada apa-apa. Buah kurma yang kelihatan mau masak di pohon korma membuatnya lebih cenderung pada duniawi. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang longgar dalam hal-hal yang mubah sampai malah berlebihan. Mereka tenggelam dalam kemewahan, bicarakanlah dan engkau tidak berdosa. La hawla wa laa quwwata illa billah. Bagaimana bisa mereka tidak tertipu jiwanya kecuali orang-orang yang dikehedaki oleh Allah SWT selamat. Orang-orang telah berangkat, sementara Ka'b jatuh ke dalam dosa yang sangat besar dan memalukan. Duduk tidak ikut membela La ilaha ilallah. Duduk tidak ikut membela tauhid dan aqidah. Merasa berat karena kenikmatan kehidupan dunia yang pada waktu itu masih sangat sedikit. Perang Tabuk memang sebuah perang yang sangat menguji keimanan seseorang. Udara waktu itu panas. Dalam beberapa atsar lain di Tabuk, Umar r.a. berkata : Jika salah seorang dari kita keluar menuju kendaraannya lehernya terasa mau putus karena saking panasnya. Masih menurut Syekh Muhammad Al Ghazali dalam bukunya Fiquh Siroh, persiapan untuk maksud tersebut (Perang Tabuk) bertepatan dengan musim paceklik dan kemarau panjang. Selain itu dibutuhkan kerja keras dan biaya yang besar sekali untuk menghadapi kekuatan kufur Romawi. Romawi pada saat itu adalah sebuah kekuatan super power, sebuah kekuatan negara yang wilayahnya membentang di beberapa benua, negara yang memiliki sumber tenaga dan kekayaan luar biasa besarnya. Pasukan kaum Muslimin sendiri dinamakan dengan Jaisul Usrah (Pasukan yang Menghadapi Kesukaran) Firman-firman Allah SWT yang turun berkenaan dengan Perang Tabuk yang terjadi dalam suasana serba sulit, merupakan ayat-ayat terpanjang dibanding dengan ayat-ayat lain yang berkaitan dengan peristiwa peperangan antara kaum Muslimin dan musuh-musuhnya. Syekh Usamah bin Ladin melanjutkan penjelasannya dalam syarah hadits Ka'b. Lalu apa kata para pencinta dunia ? Apa kata mereka ? "Mereka berkata : "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini. Katakanlah : "Api neraka jahannam itu lebih sangat (panas)nya, jika mereka mengetahui." (QS At Taubah (9) : 81) Setelah itu, ketika ia (Ka'b) tertinggal rombongan perang. Ka'b berkata : Saya ingin menyusul mereka namun itu tidak ditakdirkan untukku. Ia melanjutkan : Duhai seandainya saya melakukannya Syekh Usamah kemudian berpesan : Wahai hamba Allah gunakan kesehatanmu. Manfaatkan waktu luang dan masa mudamu. Inilah medan-medan surga telah terbuka lebar. Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya pintu-pintu surga terletak di bawah naungan pedang." Ketika Abu Musa Al Asy'ari r.a. mengatakan hadits ini, ada seseorang bertanya : Wahai Abu Musa apakah engkau mendengar hadits ini dari Rasulullah SAW., ? lihatlah sahabat ini menanyakan kejelasan hadits ini untuk mengamalkannya, bukan hanya untuk memperbanyak ilmu. Ini karena ilmu membutuhkan amal. Ia ingin menyakinkan bahwa hadits ini adalah shahih. Abu Musa menjawab : Ya. Ia pun berlalu menuju kaumnya, mengucapkan salam kepada mereka lalu mengambil sarung pedangnya kemudian ia patahkan, kemudian ia pergi berperang sampai terbunuh. Inilah manhaj para sahabat yang mulia. Manhaj para pendahulu kita r.a. Ka'b bin Malik kembali berkata : Duhai seandainya saya melakukannya Diriwayatkan bahwa ada seorang ulama sholeh sedang menghadapi sakaratul maut, sedang ia berada di atas tempat tidur kematiannya. Kedua matanya meneteskan air mata, sedang ia adalah termasuk orang yang bertaqwa dan berilmu. Ia ditanya : Apa yang membuatmu menangis ? Sambil melihat kedua telapak kakinya ia menjawab : Saya menangis karena kedua telapak kakiku belum pernah terkena debu di jalan Allah SWT. Kalian tahu hadits shahih dari Rasulullah SAW : "Kedua telapak kaki seorang hamba yang terkena debu di jalan Allah tidak akan disentuh api neraka." Allahu Akbar! Suatu ibadah, hanya dengan menyentuh debunya saja bisa bisa melindungimu dari api neraka. Bagaimana dengan orang yang keluar dengan jiwanya dan hartanya dan tidak kembali lagi dengan keduanya. Maka itu adalah sebaik-baiknya amalan. Kembali kepada situasi sahabat Ka'b, yang akhirnya tertinggal rombongan perang mulia tersebut. Dia tidak menemui yang ada di Madinah kecuali orang-orang yang munafik dan orang-orang yang memang memiliki udzur untuk tidak turut berperang. Ketika Rasulullah SAW., sampai di Tabuk, beliau bersabda : "Apa yang dilakukan Ka'b bin Malik ? Beliau ingat kepadanya. Seseorang dari Bani Salamah menjawab : "Ia disibukkan oleh kedua pakaiannya dan karena menuruti perasaannya." Beliau membicarakannya karena ia berpangku tangan dari pembelaan dien dan menjadikan dirinya di tempat yang tidak selayaknya untuk orang beriman, yakni berpangku tangan tidak membela dien. Mu'adz bin Jabal r.a. menanggapi (kementar tersebut) berkata : "Buruk sekali omonganmu. Demi Allah, wahai Rasulullah, kami tidak tahu tentangnya kecuali kebaikan." Ibnu Hajar mengomentari perkataan seseorang dari Bani Salamah tersebut : "Apa yang telah saya katakan kepada kalian bahwa orang yang berpangku tangan dari jihad telah menjadikan pembenaran bagi orang-orang untuk mencela dirinya, karena membela dien adalah termasuk kewajiban yang paling agung. Dalam Perang Tabuk ini, ada juga sahabat yang bernama Abu Khoitsamah, yang juga hampir tertinggal mengikuti perang sebagaimana Ka'b bin Malik. r.a. Ia tiba, setelah semua orang berjalan, dan dia menyusul sendirian, meninggalkan qoidun (orang-orang yang duduk di belakang tidak berjihad). Hampir saja syetan menyelewengkannya, padahal Beliau termasuk sahabat yang mulia. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyebutkan perkataan ulama ahli maghazi (peperangan) mengenai kisah Abu Khoitsamah. Abu Khoitsamah berkata : "Saya masuk ke rumahku lalu saya melihat pondokan yang telah diciprati air. Padahal betapa bagusnya pondokan yang disirami air di musim panas. Saya melihat pondokan yang telah diciprati air dan saya melihat istriku. Terus aku berkata : 'Demi Allah ini tidak adil, Rasulullah SAW di bawah matahari terik dan kepanasan, sedangkan saya disini saya berteduh dan bersenang-senang. Ia pun mengambil tunggangannya dan sedikit kurma lalu berjalan hingga menyusul Rosul SAW. Masya Allah, Allahu Akbar...! Penyesalan, Kejujuran, Boikot, dan Tobat Ka'b bin Malik Ka'b bin Malik melanjutkan kisahnya. Ketika Rasulullah SAW kembali dari Perang Tabuk, saya dilanda kesedihan yang mendalam dan kedukaan. Saya berkata : 'Dengan apa saya menemui Beliau?' Kemudian saya mendatangi Beliau lalu Beliau tersenyum dengan senyum kemarahan. Beliau SAW., marah kepada Ka'b. Ka'b berkata : Beliau berpaling dariku. Ka'b lalu berkata : Aku tidak berlaku nifaq, aku tidak ragu-ragu, dan aku tidak mengganti agamaku, lalu apa yang membuatmu marah. Rasulullah SAW., kemudian menjawab : "Apa yang membuatmu absen ?" Sebuah pertanyaan dimana orang-orang juga akan ditanyakan demikian. Apa yang membuat absen dari membela La ilaha ilallah ? Kemudian Ka'b mengaku dan berterus terang kepada Rasulullah SAW., dimana sikap Ka'b ini bisa menjadi ibroh bagi yang memiliki akal. Saya berkata : Wahai Rosul, demi Allah, seandainya saya duduk di samping selain Anda dari para pencinta dunia, pasti aku akan keluar terbebas dari kemurkaannya dengan berbagai alasan. Ka'b melengkapi : Sungguh saya diberikan kemampuan berdebat Banyak orang sekarang yang memiliki kemampuan berdebat. Kemudian mereka palingkan kewajiban jihad yang saat ini hukumnya telah fardhu 'ain, dengan mengatakan bahwa sekarang belum waktunya. Lalu kapan waktunya ? Ka'b melanjutkan : Sungguh saya diberikan kemampuan berdebat, namun demi Allah saya tahu, jika saya sekarang memberi tahu Anda dengan kebohongan yang membuat engkau ridho dengan alasanku, hampir-hampir Allah akan membuat engkau murka kepadaku. Ka'b melanjutkan : jika aku menceritakan sejujurnya, engkau dapati aku di dalamnya. Dengan kejujuran itu aku berharap balasan dari Allah SWT. Ka'b mengatakan : Demi Allah saya tidak punya udzur. Rasulullah SAW., bersabda : "Sungguh orang ini telah berlaku jujur." Padahal sebelumnya Ka'b berkata : "Saya teringat akan berdusta." Syekh Usamah menjelaskan, jiwa itu punya celah-celah kelemahan yang banyak sekali, padahal syetan itu mengalir di pembuluh darah manusia. Kita berlindung kepada Allah SWT., darinya. Dan karena kejujurannya inilah Allah SWT., menyelamatkan Ka'b. Lalu bagaimana dengan kondisi sekarang, dimana standar timbangan manusia sudah terbalik. Mayoritas manusia duduk berpangku tangan dari jihad. Sedikit sekali yang mau mengambil pelajaran dan ingat. Kemudian datang perintah untuk memboikot, mengucilkan Ka'b dan dua sahabat lain yang absen dari Perang Tabuk. Mengucilkan orang-orang yang duduk berpangku tangan dari membela La ilaha ilalllah. Ka'b melanjutkan : "Maka bumi menjadi terasa asing bagiku. Seolah-olah ia bukan bumi yang sudah aku kenal dan jiwaku sendiri terasa asing. " Syekh Usamah mengatakan : sebenarnya ketidakhadiran 3 orang sahabat diantara 30 ribu pasukan dalam Perang Tabuk tidak berpengaruh sama sekali kepada pasukan. Namun ini bukan masalah pengaruh atau tidak berpengaruh, karena urusan ini sudah sampai masuk ke dalam hati. Yakni mengapa tidak mau hadir dalam membela agama Allah SWT. Ini merupakan amanah yang ada di pundakmu dan kewajibanmu yang seharusnya kamu laksanakan. Kembali kepada Ka'b. Setelah 40 hari, datang seorang utusan Rasulullah SAW., datang kepadanya. Ia berkata : "Rasulullah SAW memerintahkan kepadamu, Tinggalkan istrimu." Ka'b berkata kepada istrinya : "Pulanglah ke keluargamu sampai Allah memutuskan urusan kita." Dua teman Ka'b menangis selama 40 hari. Salah seorang sahabat yang bernama Hilal bahkan sudah terkategorikan tua dan lemah. Namun Rasulullah SAW tetap tidak memberikan dispensasi kepadanya, untuk absen dalam jihad, membela agama Allah SWT. Lalu bagaimanakah dengan kondisi umat Islam saat ini ? yang tidak memiliki uzur ? yang tidak tua dan lemah, mereka masih kuat, sehat, dan berkecukupan. Lalu mengapa mereka masih juga absen dalam jihad Ka'b berkata : Ketika saya sedang duduk, dalam keadaan yang sudah saya sebutkan, tiba-tiba ada suara yang sampai kepadaku dengan nada memberi kabar gembira. Ada seorang laki-laki setelah turun taubat atas Rasululllah SAW. Seorang lelaki naik ke bukit Salwa berteriak dengan suaranya yang paling keras, memberi kabar gembira kepada Ka'b. Ka'b berkata : "Maka saya tersungkur sujud. Sambil menangis karena gembiranya taubatnya diterima Allah SWT." Ka'b berkata : Wahai Rasulullah, sebagai bagian dari tobatku saya akan melepas semua hartaku. Rasulullah SAW menjawab agar dia hanya melepaskan 1/3 hartanya saja. Ibroh Kisah Ka'b Bin Malik Kini, kita tidak diminta untuk melepas seluruh harta kita, padahal ia milik Allah SWT. Lalu mengapa kita belum juga pergi berjihad, apa lagi yang menipumu ? Padahal telah sampai kepadamu hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan ibadah jihad. Kisah Ka'b dan kejujurannya ini adalah ibroh atau teladan bagi ummat saat ini agar memeriksa jiwanya dan mengatasinya, serta mengembalikannya pada kebenaran. Kini, hendaklah kaum Muslimin melihat di manakah posisinya sekarang, dan siapkah dia dengan sebuah pertanyaan. "Apa yang membuatmu absen berjihad?" Bagaimana bisa seseorang yang mengaku mencintai Rasulullah SAW, mengaku mengikuti manhajnya, namun belum pernah berjihad di jalan Allah SWT., sekalipun? Di jaman ini, di saat hukum jihad fardhu 'ain, bagaimana bisa kita mengambil fatwa atau fiqh jihad dari orang yang hanya duduk-duduk saja dan tidak pernah berjihad ? Fiqih jihad, sebagaimana dikatakan oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah, beliau adalah seorang 'Alim Robbani Mujahid, yang berangkat bersama jiwanya untuk memerangi Tartar. Ia berkata : 'Dalam masalah-masalah wajib yang berhubungan dengan jihad, (maksudnya fatwa dalam masalah jihad) seharusnya diambil dari ulama yang benar-benar ulama. Yaitu yang mengerti realitas dunia (yang diantaranya adalah masalah jihad) bukan berdasarkan pandangan orang yang memandang dengan dien secara lahir dan juga bukan berdasarkan ulama yang tidak punya ilmu tentang realitas keadaan dunia. Syekh Usamah memberikan contoh, saat ini banyak orang berargumen bahwa kita tidak mampu untuk menghadapi AS dan bala tentaranya. Kemudian berfatwa tidak atau belum wajib untuk berjihad. Padahal sebagaimana disebutkan oleh Syekh Ibnu Qoyyim Al Jauziyah dalam kitabnya bahwa syarat orang berfatwa adalah dua hal yakni pertama faham fakta dan yang kedua faham nash untuk dikaitkan dengan fakta. Perhatikanlah ayat-ayat berikut : "Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka : "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata " Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami ?" Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?" Katakanlah : "Kesenangan dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun." (QS An Nisaa' (4) : 77) Lalu Allah menjawab secara tegas dalam ayat berikutnya : "Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan : "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan :" Ini (datangnya) dari sisi Kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (dating) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?" (QS An Nisaa' (4) : 78) Syekh Usamah menutup kajiannya dengan mengutip syair dari sahabat Ja'far, r.a. dan syair tentang Baitul Maqdis dan Ka'bah Musyarofah. Duhai indah dan dekatnya surga, enak dan sejuk minumannya Romawi telah mendekati siksaannya Jika aku menemuinya saya harus menghantamnya.......... Penduduk Palestina merasakan gelas-gelas kesedihan Sedangkan luka di Hijaz tidaklah kecil bagimu Bukanlah putera-putera Islam itu kecuali orang-orang yang mulia Dengan lukamu, musibah itu memaksa untuk menganggapnya kecil Akan tetapi mereka...Akan tetapi meskipun terluka, keyakinan mereka (tetap) besar (optimis) dengan kembalinya khilafah yang mulia Sungguh mereka telah bersumpah...sungguh merka telah bersumpah dengan (nama) Allah bahwa jihad mereka akan tetap jalan meskipun Kisra (Persia) dan Qoyshar (Romawi) bersatu Maka dalam kondisi saat ini, apakah layak dan patut kaum Muslimin berpangku tangan duduk-duduk saja meninggalkan jihad ? Wallahu'alam bis showab!

Kamis, 14 Januari 2010

SURAT 45. ( AL JAATSIYAH )

Haa Miim. حم 1
Kitab (ini) diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ 2
Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. إِنَّ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِلْمُؤْمِنِينَ 3
Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini, وَفِي خَلْقِكُمْ وَمَا يَبُثُّ مِنْ دَابَّةٍ آيَاتٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ 4
dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal. وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ رِزْقٍ فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ آيَاتٌ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ 5
Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan-Nya. تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَ اللَّهِ وَآيَاتِهِ يُؤْمِنُونَ 6
Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, وَيْلٌ لِكُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ 7
dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. يَسْمَعُ آيَاتِ اللَّهِ تُتْلَى عَلَيْهِ ثُمَّ يُصِرُّ مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ 8
Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan. وَإِذَا عَلِمَ مِنْ آيَاتِنَا شَيْئًا اتَّخَذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ 9
Di hadapan mereka neraka Jahanam dan tidak akan berguna bagi mereka Sedikit pun apa yang telah mereka kerjakan, dan tidak pula berguna apa yang mereka jadikan sebagai sembahan-sembahan (mereka) dari selain Allah. Dan bagi mereka azab yang besar. مِنْ وَرَائِهِمْ جَهَنَّمُ وَلا يُغْنِي عَنْهُمْ مَا كَسَبُوا شَيْئًا وَلا مَا اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ 10
Ini (Al Qur'an) adalah petunjuk. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Tuhannya bagi mereka azab yaitu siksaan yang sangat pedih. هَذَا هُدًى وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَهُمْ عَذَابٌ مِنْ رِجْزٍ أَلِيمٌ 11
Allah lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. اللَّهُ الَّذِي سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ 12
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir. وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ 13
Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. قُلْ لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ لِيَجْزِيَ قَوْمًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ 14
Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ 15
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israel Al Kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian dan Kami berikan kepada mereka rezeki-rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya). وَلَقَدْ آتَيْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ 16
Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama); maka mereka tidak berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Sesungguhnya Tuhanmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya. وَآتَيْنَاهُمْ بَيِّنَاتٍ مِنَ الأمْرِ فَمَا اخْتَلَفُوا إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ 17
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الأمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ 18
Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu Sedikit pun dari (siksaan) Allah. Dan sesungguhnya orang-orang yang lalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa. إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ 19
Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ 20
Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ 21
Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan. وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ 22
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ 23
Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. وَقَالُوا مَا هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلا يَظُنُّونَ 24
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas, tidak ada bantahan mereka selain dari mengatakan: "Datangkanlah nenek moyang kami jika kamu adalah orang-orang yang benar". وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ مَا كَانَ حُجَّتَهُمْ إِلا أَنْ قَالُوا ائْتُوا بِآبَائِنَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ 25
Katakanlah: "Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. قُلِ اللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لا رَيْبَ فِيهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ 26
Dan hanya kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya kebangkitan, akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebatilan. وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَخْسَرُ الْمُبْطِلُونَ 27
Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ 28
(Allah berfirman): "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan." هَذَا كِتَابُنَا يَنْطِقُ عَلَيْكُمْ بِالْحَقِّ إِنَّا كُنَّا نَسْتَنْسِخُ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ 29
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). itulah keberuntungan yang nyata. فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِي رَحْمَتِهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ 30
Dan adapun orang-orang yang kafir (kepada mereka dikatakan): "Maka apakah belum ada ayat-ayat-Ku yang dibacakan kepadamu lalu kamu menyombongkan diri dan kamu jadi kaum yang berbuat dosa?" وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا أَفَلَمْ تَكُنْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَاسْتَكْبَرْتُمْ وَكُنْتُمْ قَوْمًا مُجْرِمِينَ 31
Dan apabila dikatakan (kepadamu): "Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguan padanya", niscaya kamu menjawab: "Kami tidak tahu apakah hari kiamat itu, kami sekali-kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-kali tidak meyakini (nya)". وَإِذَا قِيلَ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ لا رَيْبَ فِيهَا قُلْتُمْ مَا نَدْرِي مَا السَّاعَةُ إِنْ نَظُنُّ إِلا ظَنًّا وَمَا نَحْنُ بِمُسْتَيْقِنِينَ 32
Dan nyatalah bagi mereka keburukan-keburukan dari apa yang mereka kerjakan dan mereka diliputi oleh (azab) yang mereka selalu memperolok-olokkannya. وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا عَمِلُوا وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ 33
Dan dikatakan (kepada mereka): "Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini dan tempat kembalimu ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong. وَقِيلَ الْيَوْمَ نَنْسَاكُمْ كَمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ 34
Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertobat. ذَلِكُمْ بِأَنَّكُمُ اتَّخَذْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ هُزُوًا وَغَرَّتْكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ لا يُخْرَجُونَ مِنْهَا وَلا هُمْ يُسْتَعْتَبُونَ 35
Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam. فَلِلَّهِ الْحَمْدُ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَرَبِّ الأرْضِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 36
Dan bagi-Nya lah keagungan di langit dan di bumi, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. وَلَهُ الْكِبْرِيَاءُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ 37

SURAT 44. ( AD DUKHAAN )

Haa Miim. حم 1
Demi Kitab (Al Qur'an) yang menjelaskan, وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ 2
sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ 3
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ 4
(yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ 5
sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ 6
Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu adalah orang yang meyakini. رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ 7
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Dialah) Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu. لا إِلَهَ إِلا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الأوَّلِينَ 8
Tetapi mereka bermain-main dalam keragu-raguan. بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ يَلْعَبُونَ 9
Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ 10
yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ 11
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya kami akan beriman." رَبَّنَا اكْشِفْ عَنَّا الْعَذَابَ إِنَّا مُؤْمِنُونَ 12
Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan, padahal telah datang kepada mereka seorang rasul yang memberi penjelasan, أَنَّى لَهُمُ الذِّكْرَى وَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مُبِينٌ 13
kemudian mereka berpaling daripadanya dan berkata: "Dia adalah seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi pula seorang yang gila. ثُمَّ تَوَلَّوْا عَنْهُ وَقَالُوا مُعَلَّمٌ مَجْنُونٌ 14
Sesungguhnya (kalau) Kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar). إِنَّا كَاشِفُوا الْعَذَابِ قَلِيلا إِنَّكُمْ عَائِدُونَ 15
(Ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras. Sesungguhnya Kami adalah Pemberi balasan. يَوْمَ نَبْطِشُ الْبَطْشَةَ الْكُبْرَى إِنَّا مُنْتَقِمُونَ 16
Sesungguhnya sebelum mereka telah Kami uji kaum Firaun dan telah datang kepada mereka seorang rasul yang mulia, وَلَقَدْ فَتَنَّا قَبْلَهُمْ قَوْمَ فِرْعَوْنَ وَجَاءَهُمْ رَسُولٌ كَرِيمٌ 17
(dengan berkata): "Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israel yang kamu perbudak). Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang dipercaya kepadamu, أَنْ أَدُّوا إِلَيَّ عِبَادَ اللَّهِ إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ 18
dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata. وَأَنْ لا تَعْلُوا عَلَى اللَّهِ إِنِّي آتِيكُمْ بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ 19
Dan sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu, dari keinginanmu merajamku, وَإِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ أَنْ تَرْجُمُونِ 20
dan jika kamu tidak beriman kepadaku maka biarkanlah aku (memimpin Bani Israel)". وَإِنْ لَمْ تُؤْمِنُوا لِي فَاعْتَزِلُونِ 21
Kemudian Musa berdoa kepada Tuhannya: "Sesungguhnya mereka ini adalah kaum yang berdosa (segerakanlah azab kepada mereka)". فَدَعَا رَبَّهُ أَنَّ هَؤُلاءِ قَوْمٌ مُجْرِمُونَ 22
(Allah berfirman): "Maka berjalanlah kamu dengan membawa hamba-hamba-Ku pada malam hari, sesungguhnya kamu akan dikejar, فَأَسْرِ بِعِبَادِي لَيْلا إِنَّكُمْ مُتَّبَعُونَ 23
dan biarkanlah laut itu tetap terbelah. Sesungguhnya mereka adalah tentara yang akan ditenggelamkan. وَاتْرُكِ الْبَحْرَ رَهْوًا إِنَّهُمْ جُنْدٌ مُغْرَقُونَ 24
Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan, كَمْ تَرَكُوا مِنْ جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ 25
dan kebun-kebun serta tempat-tempat yang indah-indah, وَزُرُوعٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ 26
dan kesenangan-kesenangan yang mereka menikmatinya, وَنَعْمَةٍ كَانُوا فِيهَا فَاكِهِينَ 27
demikianlah. Dan Kami wariskan semua itu kepada kaum yang lain. كَذَلِكَ وَأَوْرَثْنَاهَا قَوْمًا آخَرِينَ 28
Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan mereka pun tidak diberi tangguh. فَمَا بَكَتْ عَلَيْهِمُ السَّمَاءُ وَالأرْضُ وَمَا كَانُوا مُنْظَرِينَ 29
Dan sesungguhnya telah Kami selamatkan Bani Israel dari siksaan yang menghinakan, وَلَقَدْ نَجَّيْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنَ الْعَذَابِ الْمُهِينِ 30
dari (azab) Firaun. Sesungguhnya dia adalah orang yang sombong, salah seorang dari orang-orang yang melampaui batas. مِنْ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ كَانَ عَالِيًا مِنَ الْمُسْرِفِينَ 31
Dan sesungguhnya telah Kami pilih mereka dengan pengetahuan (Kami) atas bangsa-bangsa. وَلَقَدِ اخْتَرْنَاهُمْ عَلَى عِلْمٍ عَلَى الْعَالَمِينَ 32
Dan Kami telah memberikan kepada mereka di antara tanda-tanda kekuasaan (Kami) sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang nyata. وَآتَيْنَاهُمْ مِنَ الآيَاتِ مَا فِيهِ بَلاءٌ مُبِينٌ 33
Sesungguhnya mereka (kaum musyrik) itu benar-benar berkata, إِنَّ هَؤُلاءِ لَيَقُولُونَ 34
"tidak ada kematian selain kematian di dunia ini. Dan kami sekali-kali tidak akan dibangkitkan, إِنْ هِيَ إِلا مَوْتَتُنَا الأولَى وَمَا نَحْنُ بِمُنْشَرِينَ 35
maka datangkanlah (kembali) bapak-bapak kami jika kamu memang orang-orang yang benar". فَأْتُوا بِآبَائِنَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ 36
Apakah mereka (kaum musyrikin) yang lebih baik ataukah kaum Tubba' dan orang orang yang sebelum mereka. Kami telah membinasakan mereka karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berdosa. أَهُمْ خَيْرٌ أَمْ قَوْمُ تُبَّعٍ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ أَهْلَكْنَاهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ 37
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لاعِبِينَ 38
Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan hak, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. مَا خَلَقْنَاهُمَا إِلا بِالْحَقِّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ 39
Sesungguhnya hari keputusan (hari kiamat) itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya, إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ مِيقَاتُهُمْ أَجْمَعِينَ 40
yaitu hari yang seorang karib tidak dapat memberi manfaat kepada karibnya sedikitpun, dan mereka tidak akan mendapat pertolongan, يَوْمَ لا يُغْنِي مَوْلًى عَنْ مَوْلًى شَيْئًا وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ 41
kecuali orang yang diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. إِلا مَنْ رَحِمَ اللَّهُ إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ 42
Sesungguhnya pohon zaqqum itu, إِنَّ شَجَرَةَ الزَّقُّومِ 43
makanan orang yang banyak berdosa. طَعَامُ الأثِيمِ 44
(Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, كَالْمُهْلِ يَغْلِي فِي الْبُطُونِ 45
seperti mendidihnya air yang sangat panas. كَغَلْيِ الْحَمِيمِ 46
Peganglah dia kemudian seretlah dia ke tengah-tengah neraka. خُذُوهُ فَاعْتِلُوهُ إِلَى سَوَاءِ الْجَحِيمِ 47
Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang amat panas. ثُمَّ صُبُّوا فَوْقَ رَأْسِهِ مِنْ عَذَابِ الْحَمِيمِ 48
Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia. ذُقْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْكَرِيمُ 49
Sesungguhnya ini adalah azab yang dahulu selalu kamu meragu-ragukannya. إِنَّ هَذَا مَا كُنْتُمْ بِهِ تَمْتَرُونَ 50
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman, إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي مَقَامٍ أَمِينٍ 51
(yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata-air; فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ 52
mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan, يَلْبَسُونَ مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُتَقَابِلِينَ 53
demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari. كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ 54
Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran), يَدْعُونَ فِيهَا بِكُلِّ فَاكِهَةٍ آمِنِينَ 55
mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka, لا يَذُوقُونَ فِيهَا الْمَوْتَ إِلا الْمَوْتَةَ الأولَى وَوَقَاهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ 56
sebagai karunia dari Tuhanmu. Yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar. فَضْلا مِنْ رَبِّكَ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ 57
Sesungguhnya Kami mudahkan Al Qur'an itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran. فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ 58
Maka tunggulah; sesungguhnya mereka itu menunggu (pula). فَارْتَقِبْ إِنَّهُمْ مُرْتَقِبُونَ 59

AKSI NYATA MODUL 3.3 GURU PENGGERAK

AKSI NYATA MODUL 3.3 GURU PENGGERAK